Untuk ikut meramaikan Hari Kebangkitan Nasional, kebetulan sekali saya ikut dimasukkan dalam daftar yang mungkin memberi pencerahan pada perayaan hari tersebut. Riau Pos dan Jawa Pos menyertakannya dalam edisi 20 Mei 2008 kemarin. Terima kasih.
Beberapa istilah-istilah teknis dan maksudnya ada yang saya pribadi merasa kurang pas, seperti “Bagaimana alat ini ditemukan?”, well.. VoIP Rakyat bukan alat jadi adanya tidak ditemukan atau diciptakan, melainkan dibangun. VoIP, Voice over Internet Protocol, itu sendiri merupakan teknologi yang sudah ada sejak awal tahun 90an, bahkan mungkin sebelumnya.
Artikel dari Riau Pos dan Jawa Pos sebagai berikut:
Obsesi Anton Raharja, Penemu Telepon Murah Berbasis Internet VoIp Rakyat
Berharap Pelanggan Internet Kalahkan Telepon
Di usianya yang masih terbilang muda, Anton Raharja (29), menciptakan Voice over Internet Protocol (VoIP) Rakyat, terobosan cara bertelepon murah. Bagaimana alat ini ditemukan?
Laporan JPNN, Jakarta
KOMPUTER dan internet bukanlah dunia yang digeluti Anton Raharja sejak kecil. Sulung dari dua bersaudara pasangan R Sumahyar dan Koriati itu juga tidak tumbuh dari keluarga yang berlimpah fasilitas. Ayahnya bekerja sebagai salah satu karyawan swasta di perusahaan asuransi, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa.
Bahkan, hingga kuliah di STT Telkom jurusan elektro, dirinya juga belum pernah memiliki komputer pribadi di rumahnya. “Seringnya, ya numpang pinjam komputer teman,� ujar Anton, yang ditemui di rumahnya di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur, Ahad (18/5).
Ketertarikan Anton pada dunia Informasi Teknologi (IT) muncul saat diterima belajar di STT Telkom mulai 1997. Apalagi, sejak mengenal dan mulai mempelajari program Linux, software yang memungkinkan penggunanya berkreasi.
“Saya jadi makin tergila-gila dan merasa pengetahuan soal IT melesat,� kata suami Kristy Damayanti (27) itu.
Saat itu Anton pun mulai rajin bereksperimen dan mengembangkan imajinasi untuk membuat beberapa program. Salah satunya layanan telepon murah berbasis internet dengan pengguna tak terbatas. “Ide awalnya sih sederhana. Saat itu saya kuliah di Bandung dan pacar saya di Jakarta,� ujarnya, lantas tersenyum.
Setelah benar-benar dimatangkan selama beberapa tahun, pada 2003, model komunikasi murah yang diberi nama VoIP Rakyat itu. “Kenapa rakyat, karena memang bisa diakses oleh siapa saja,� ujarnya. Asal memiliki akses internet, fasilitas telepon murah itu bisa dimanfaatkan siapa saja.
Penyertaan kata ‘’rakyat’’ itu, menurut Anton, juga mengarah pada impian dan harapannya. “Saya bayangkan nanti masyarakat Indonesia pada umumnya akan lebih memilih langganan internet ketimbang telepon,� ujarnya. Sebab, dengan langganan internet, ternyata banyak yang akan didapat, termasuk fasilitas komunikasi. Masyarakat cukup melakukan registrasi menjadi anggota VoIP Rakyat.
Menurut Anton, hingga lima tahun berjalan, saat ini, anggota yang terdaftar dalam komunitas ini telah mencapai 60 ribu. Meski yang aktif hanya sekitar seribuan, total waktu pembicaraan yang sudah berlangsung di VoIP Rakyat sejak awal 2006 hingga awal 2008, sudah mencapai sekitar 400 ribu menit.
Dengan asumsi biaya Rp125 per menit, berarti telah mengirit biaya minimal Rp50 juta jika dikonversi dalam percakapan konvensional lokal. “Target kami akan tetap bertambah dari tahun ke tahun,� ujar Anton, yang tak tuntas menyelesaikan kuliahnya di STT Telkom itu.
VoIP Rakyat memang bukan proyek idealisme pribadi Anton. Bersamanya masih ada nama lain seperti Sindu Irawan dan Bona Simanjuntak. “Bisa berkontribusi langsung buat bangsa adalah kenikmatan tersendiri bagi saya,� ujar pria yang baru menjadi bapak sekitar seminggu lalu itu.
Kemampuan VoIP Rakyat saat ini hanya dibatasi pada telepon komputer ke komputer atau PC to PC. “Bisa menelepon ke telepon rumah atau ke handphone, tetapi hanya dalam rangka riset,� katanya. Telepon PC to PC saat ini adalah satu-satunya model yang tidak melanggar regulasi. Namun, tetap menjadi persoalan jika PC to PC digunakan untuk komersial (dijual).
Apakah tidak ada keuntungan ekonomis sama sekali yang didapat dari VoIP Rakyat itu? Secara tidak langsung, Anton mengakui, tetap mendapat manfaat ekonomi. Setidaknya, dia sering diundang untuk memberikan pelatihan ataupun seminar dengan tema terkait. “Jujur saja, saya mendapat feedback,� ujarnya yang mendirikan perusahaan di bidang IT, bernama PT Jelajah Infomedia itu.
Anton mengatakan, dengan memberi lebih banyak ke orang lain, kita semua juga harus yakin akan mendapat lebih banyak dari orang lain pula. “Itu salah satu hal yang saya pelajari saat bergelut di dunia open source. Saat kita memberi satu, kita akan mendapat lebih dari satu,� ucapnya.***