Majalah Info Komputer menampilkan profil saya, dengan judul yang bombastic, tapi memang benar. 🙂
Profil: Anton Raharja
VoIP Rakyat Akan Tamat
Sharing means everything, dan VoIP Rakyat jadi sharing terbesar Anton Raharja bagi negerinya.
Di tengah masyarakat yang mendamba sarana komunikasi murah, kehadiran VoIP Rakyat ibarat setetes air di padang gurun. Tidak aneh jika “tetesan air segar� ini lantas direspon dengan hebatnya. Tahun 2003-tahun pertama VoIP Rakyat mengudara-jumlah anggota yang terdaftar di proyek komunitas ini berkisar di angka seratusan orang saja. Tiga tahun kemudian, jumlahnya membengkak hingga menyentuh angka 23 ribu, meskipun yang aktif hanya sekitar 6000 orang saja. Bukan cuma mencengangkan dalam hal jumlah pengikut. “Saat ini waktu panggilan tercatat 160 ribu menit. Itu artinya telah mengirit biaya minimal Rp 20 juta jika dikonversi dalam percakapan konvensional lokal, “ papar Anton Raharja, founder sekaligus lead developer VoIP Rakyat.
VoIP Rakyat memang bukan proyek idealisme pribadi Anton Raharja. Bersamanya masih ada nama lain seperti Sindu Irawan dan Bona Simanjuntak. Namun lelaki kelahiran Banjar, Ciamis, 28 tahun lalu ini menunjukkan satu contoh kerelaan berbagi yang tinggi. Status mahasiswa jurusan Elektro, STT Telkom, Bandung rela dilepas Anton demi proyek idealismenya. “Bisa berkontribusi langsung buat bangsa, itu kenikmatan tersendiri bagi saya, “tutur Manajer Riset & Pengembangan Perangkat Lunak ICT Center DKI Jakarta ini tanpa bermaksud menyombongkan diri. Ucapan tersebut tak lepas dari beberapa hal: tempaan dunia open source, kecintaaan pada dunia elektronika, dan dukungan orang tua. Mengenai yang terakhir ini, Anton dibebaskan menjadi apa saja, asal bersungguh-sungguh dengan profesi apapun yang dipilihnya.
Bicara keterkaitannya dengan dunia open source, Anton membahasakan dirinya sebagai orang yang kena “virus� open source. Akibatnya, apa-apa (baca: software) yang dibikinnya pun langsung dibagi -bagi ke komunitas. Gratis, tentu saja. Diakui oleh sulung dari dua bersaudara ini bahwa tujuannya berbagi sebetulnya “tidak mulia� juga. “Saya ngasih ke orang dengan harapan orang lain kasih feedback ke saya. Dengan memberi lebih banyak kita akan mendapat lebih banyak, itu hal yang saya pelajari di dunia open source,� ucapnya lugas. Dengan begitu, ia yang tak punya R&D kutat bisa mendapat umpan balik dari banyak orang, bahkan dari seluruh dunia, kalu bisa.
Empat aplikasi berbasis open source lahir dari tangan Anton Raharja: PlaySMS (aplikasi SMS gateway), PlayBilling (aplikasi billing warnet), PlayBanjar (aplikasi manajemen bandwidth), dan PlayVoIP (aplikasi VoIP server). berkarya lebih banyak di bidang pengembangan perangkat lunak menjadi bagian dari ambisi pribadi Anton, yakni mencatatkan nama sebanyak mungkin di panggung open source. Mungkin bukan VoIP lagi, Anton justru berharap VoIP cepat “tua� dan tamat, agar bisa segera melangkah ke sesuatu yang baru dan lebih baik. Tak salah jika Anton berpendapat orang Indonesia sebenarnya pintar-pintar dalam hal teknis. VoiP Rakyat, VoiP Merdeka boleh jadi contohnya. Hambatan untuk mendapatkan sarana komunikasi murah bukan terletak pada soal penguasaan teknologi, tapi lebih pada masalah regulasi.
Kesulitan kita, jelas Anton, bagaimana bisa membuat diri kita terbuka, membagi-bagi ilmu pada orang lain dengan sepenuh hati. Bagaimana dengan Anton Raharja sendiri? “Sedikit saja halangan untuk membagi apa yang saya kerjakan buat orang lain,� jelasnya, karena ia belajar gratis dari orang-orang yang rela membagi ilmunya, bukan dari arena perkuliahan atau pendidikan formal berbiaya mahal. Kalau sekarang orang TI sekarang makin “pelit� untuk sharing Anton pun maklum. Mengapa? Biaya kuliah makin mahal, materi yang dipelajari makin sulit. “TI juga makin eksklusif, orang makin tahu ini bidang yang bisa menghasilkan uang,� tandas Anton. Jadi, kalau nantinya ada orang-orang TI yang bisa membuat program bagus dan open source dengan skala seperti VoIP Rakyat, mereka pasti jauh lebih tangguh dari saya maupun pak Onno, kata Anton Raharja mengakhiri wawancara.
(Liana Threestayanti)
Orang TI makin pelit, hmmm bener juga ya. Masalahnya inputnya terlalu banyak pak, jadi masing-masing orang harus benar-benar lincah menemukan tempatnya
kenapa mereka pelit bngt?! tergangtung orangnya juga sech..! ada beberapa teman kerja dan kuliah juga pernah merasakan nya seperti ak juga nich…..
ada teman kerja yg nyambi sbgai dosen dia tuch klo aku tanya ya begtudech males2an jawabnya maklum dosen ilmu itu MAHAL katanya….!! emank dasar dia peliiiit
lain lagi sama teman rumah aku yg baik akan ilmu dia bilang kita mendapat ilmu dengan susah payahuntuk di bagikan kepada yg belum memgerti itu lebih mulia …!!!
Dunia itu memang menakutkan dan kejam. bukan karena orang-orangnya jahat tetapi karena orang-orangnya tidak perduli